Jagatkitasama.com – Walaupun Halland telah mengawali keunggulan mereka pada detik ke-9 kami tidak gentar dengan tekanan para sporter mereka yang terkenal dengan ejekan dan teriakan yang mengganggu. Kami tetap berjuang dengan keras dan penuh semangat. Dan kami tahun jika gol itu cukup menyakitkan karena menjadi gol Halland yang ke-100 di Premier League, korbannya adalah gawang kami.
Kami lebih banyak menerapkan pertahanan dan menghancurkan serangan tengah mereka yang mengandalkan Rodrigez. Kami tahu bahwa serangan mereka bertumpuh pada kreativitas aliran bola pemain spanyol itu.
Peran Ilkay Gundogan juga tidak bisa dianggap remah, karena dia mempunyai jiwa kepemimpinan yang sangat kharismatik dan memiliki insting yang sangat kuat, maka kami pun membuat dia kesulitan untuk mengembangkan permainannya dan terus membuat pemain-pemain biru langit mengalami kesulitannya sendiri, terutama dengan mematikan umpan-umpan pendeknya.
Uniknya, mereka juga tahu bahwa serangan kami pasti bertumpuh di sayap yang mengandalkan kreativitas Bukayo Saka dan Gabriel Martineli, makanya mereka terus melakukan pemontongan yang mematikan gerakan kedua pemain ini, hasilnya kami kesulitan menciptakan peluang melalui para penyerang kami.
Dengan ketiadaannya sang Kapten Martin Oddegard maka praktis kami kehilangan tumpuan di tengah yang selalu mengandalkan kekuatan dan kecerdasan beliau dalam mengembangkan permainan kami. Karena hal itulah maka senjata andalan kami “dikala terdesak” harus terus kami manfaatkan, yakni kekuatan pemain belakang kami.
Ricardo Calafiori membuktikannya dengan sebuah keputusan yang tepat kala mendapatkan umpan dari Martineli yang bergerak bebas melalui sayap kanan. Tanpa pengawalan dan tidak mendapatkan himpitan yang cukup berarti, sekaligus posisi kipper musuh yang terlihat sedikit ke depan, maka dia melakukan tendangan kerasnya di luar kotak penalty.
Hasilnya, kami bisa menyamakan kedudukan 1-1 dan membuat tuan Pep marah hingga menendang kursi duduknya sendiri di tribun pelatih—pihak manajemen stadium jelas yang dirugikan dengan tendangan konyol itu.
Sepanjang pertandingan babak pertama kami terus melakukan pertempuran dengan keras menghadapi mereka. Kami tahu mereka akan memberikan serangan yang agresif dan penuh tekanan, tapi kami juga sudah mengetahui bahwa mereka memiliki kelemahan dengan kehilangannya Rodri—yang cidera pada menit-menit pertengahan babak pertama.
Menjelang pertandingan berakhir, kami mendapatkan hadiah sepakan pojok kiri. Bukayo Saka mematangkan peluang tersebut dengan sangat cerdas. Dia menendang tepat ke mulut gawang di sebelah kiri penjaga gawang musuh—itulah titik rawannya kiper mereka.
Hasilnya jelas, Gabriel Muhammad (Ha..ha..) berhasil memanfaatkan dengan baik buah dari latihan setiap hari untuk menciptakan serangan rahasia dari senjata pamungkas. Walaupun ngadat dan kesulitan menciptakan gol, Saka berhasil memberikan assist yang tepat dan benar untuk dimanfaatkan menjadi gol oleh kang Gabriel, 2-1 untuk kami.
Cerobohnya, Leandro Trossard melakukan sedikit kesalahan yang berujung pada kartu merah karena dorongannya (sambil melompat dengan sikutan mautnyha) yang membuat pemain belakang mereka kesakitan. Padahal pertandingan sudah berjalan lebih dari 45+7, tapi wasit telah memberikan mukjizat tambahan waktu yang merugikan kami. Hebatnya, itulah kartu pertama Leandro selama bermain di liga Premier Inggris.
Pada babak kedua praktis kami semua membentuk formasi pertahanan ala kura-kura Romawi. Kami juga menerapkan pertahanan dengan filosofi “meletakkan bus”, tidak hanya bus yang kami letakkan di gawang kami, mungkin semua benda yang bisa menahan setiap tembakan dan serangan yang kelak diberikan oleh musuh kami. Semua pemain kami pun memposisikan diri sebagai pasukan pertahanan, dengan mengandalkan serangan balik yang “kurang serius.”
Kami berharap kemenangan 1-2 tetap bertahan hingga peluit terakhir dengan tetap mengandalkan “pasukan pertahanan” kami yang selalu “akan membuang bola”. Tapi itu tidak berhasil, karena sekuat apapun pertahanan kami serangan mereka lebih keras dengan dukungan sporter mereka yang cukup fanatic.
Akhirnya, pada menit-menit terakhir, Stone—kawan Bukayo Saka di timnas Inggris berhasil memanfaatkan kemelut bola di mulut gawang kami yang mengubah skor menjadi 2-2. Peluit terakhir dibunyikan wasit dan menyudahi pertempuran kami untuk menghentikan arogansi Manchester City, yang sudah lima kali berturut-turut mengangkangi juara liga Inggris.
Pertandingan ini membuat posisi kami berada di urutan ke-4 dan membuat mereka tetap berada di posisi pertama dengan poin 14. Waktu masih panjang, masih banyak peluang yang nanti harus kami manfaatkan dengan baik. Kami tahu bahwa kekuatan mereka untuk juara masih melekat kuat dalam diri mereka, terutama dalam diri Jack Grearlist, Kyle Walker dan juga Stone—orang-orang timnas Inggris yang cukup kuat mentalnya.
Kami akan tetap menjadi ancaman bagi Manchester City agar mereka tidak merasa “aman-aman saja” di teater liga Inggris ini. Kami akan tetap fokus untuk membuat mereka “terus waspada dan ketakutan.” Musim ini kami harus mengudeta mereka untuk “tidak lagi berada di puncak. (Moh. Syihabuddin)