jagatkitasama.com – Di zaman perang dunia I, kala kesultanan Utsmani bersama kekaisaran Prusia (Jerman) berperang menghadapi pasukan Inggris, Kanada, Australia dan Selandia Baru (ANZAC) telah terjadi sebuah kisah yang sangat menentukan bagi umat islam dan sangat menakutkan (traumatis) bagi orang Inggris-Australia.
Tentara Inggris dengan ribuan kapalnya yang didukung oleh tentara Kanada, Australia, dan Selandia Baru mencoba menghancurkan kesultanan Utsmani melalui sebuah serangan cepat, serangan amfibi ke suatu pantai yang memanjang di laut Mediterania, semenanjung Galipoli.
Untungnya rencana serangan tersebut sudah diketahui oleh pihak Utsmani, sehingga siap untuk menghadangnya. Tentara Turki Utsmani dipimpin oleh seorang kolonel yang sangat cerdas dan sangat bijaksana dalam berfikir strategis, Mustafa Kemal Pasha.
Gabungan tentara Inggris-Kanada-Australia-Selandia Baru melakukan serangan pada hari yang ditentukan—dipimpin oleh Wiston Churchil, dengan diawali serangan Meriam dari kapal-kapalnya. Ribuan bom diarahkan ke pertahanan pantai-parit pasukan Turki-Utsmani hingga ledakan-ledakan terdengar dimana-mana. Tapi tentara Utsmani bisa bertahan dan bersembunyi dengan baik.
Setelah dinyakini sudah melemah, dan tentara yang bertahan sudah banyak yang mati, ribuan tentara ANZAC pun menaiki perahu dayung untuk menuju ke pantai dan berusaha untuk merebut benteng-benteng parit tentara Utsmani.
Tepat sampai di pantai dan tentara ANZAC sudah mendarat, Mustafa Kemal Pasha memerintahkan tentaranya untuk menembak dan menghabisi musuhnya yang ada di depan mata.
Tanpa perlindungan, berada di tempat terbuka, menjadikan tentara ANZAC sasaran tembak yang sangat tepat bagi tentara Turki Utsmani. Hasilnya bisa dilihat, ribuan tentara ANZAC tewas dan banyak yang terluka sebelum bisa sampai di daratan.
Setelah bertempur selama beberapa bulan, akhirnya tentara Inggris-Australia menyerah dan kembali ke kapalnya di laut mediterania, lalu pulang.
Setelah kejadian itu, banyak anak-anak muda Australia yang cerdas-cerdas ikut berperang mati sia-sia, sehingga menyebabkan trauma nasional, karena langsung mengurangi jumlah penduduk Australia. Pemimpin Inggris langsung takut dan tidak ingin mengulanginya lagi.
Namun bagi Turki Utsmani, pertempuran di semenanjung Galipoli adalah kemenangan yang besar bagi umat Islam dan kekuatan kesultanan Turki Utsmani yang tidak bisa diremehkan semakin terlihat. Di pihak Utsmani, tentu saja yang menjadi pahlawan adalah komanda perangnya, kolonel Mustafa Kemal Pasha yang bisa memimpin dengan displin yang tinggi. Pada tahun 1922 Mustafa Kemal telah mendirikan majelis nasional Turki dan ditetapkan sebagai presiden Turki pertama. Dia dinobatkan sebagai bapak pendiri Republik Turki, atau Atarturk. (Moh. Syihabuddin)