Senandung Asmara; Jurnal Kehidupan Seorang Imajinator (part 1)

Senandung Asmara; Jurnal Kehidupan Seorang Imajinator (part 1)
Alunan musik masih berlanjut, Aluna terbuai di dalamnya karena kerasnya musik sampai Aluna tak sadar jika dirinya di panggil seseorang, hingga sampailah seorang gadis menarik tangan Aluna dan keluar dari gerumulan anak anak yang menonton konser, gadis itu menarik tangan Aluna menjauh dari arena.

Jagatkitasama.com – Dentuman musik dari band lokal anak SMA kelas XII yang di selenggarakan di lapangan sekolah berbunyi melantunkan sebuah lagu dari salah satu band yang pernah berjaya pada masanya Sheila on 7. Kalau mereka biasanya hanya bisa konser di dalam kelas dan selalu bikin berisik saat tak ada pelajaran, kini mereka bisa menunjukan bakatnya di depan semua siswa yang sekolah di SMA ini.

“Lelah haru di taman, bias makna yang terpendam

Bacaan Lainnya

Alas tonggak harapan

Belai indah matamu, teman mimpi tanpa jemu

Biar terkadang semu….”

Itulah lagu yang dinyanyikan band anak SMA yang terdiri dari lima pemuda yang berada di panggung, mereka mengadakan konser untuk menyambut kedatangan peserta didik baru.

Banyak anak anak yang melihat konser mereka dan bersorak ria, di depan gerbang nampak seorang gadis baru saja memasuki lapangan dengan tas di punggung dan beberapa gulungan kertas di tangannya, nama gadis itu adalah Aluna hal terlihat jelas di atribut seragam putih yang di pakainya.

Aluna yang baru saja datang ikut menonton konser yang dibawakan oleh teman temannya, Ia mengamati tiap detail personil dari band Cobra begitulah mereka memberikan nama bandnya. Band ini di gawangi oleh Erlangga biasa di sapa Angga sang vokalis, dia adalah cowok paling pintar di kelasnya, banyak cewek dari kelas lain suka padanya tapi mereka sebatas mengagumi saja karena mereka tahu kalau Angga sudah punya pacar yang juga pintar dan satu kelas dengannya.

Aluna melempar matanya ke arah sang  gitaris Ryan, selain Angga, Ryan juga banyak di sukai oleh cewek cewek dan jadi rebutan adik kelas, bahkan sampai ada juga yang ngelabrak pacar Ryan.

Kini mata Aluna beralih ke sang pemetik bas Marvel, dialah sang ketua OSIS yang selalu berpenampilan rapi, dia juga pintar tapi masih lebih unggul Angga.

Pandangan Alunan bergeser pada si penabuh drum Adit, dia di kenal play boy di SMA ini, sudah berapa kali dia Gonta ganti cewek tapi saat ini dia menjalin hubungan dengan cewek yang duduk sebangku dengan Aluna.

Dan untuk personil terakhir ada Dewa yang memainkan keyboard, dari kelima personil hanya Dewa yang masih jomblo, sejauh ini belum ada cewek yang di gosipin dekat dengannya, atau memang dia sendiri yang terlalu cuek dengan hal semacam itu.

Alunan musik masih berlanjut, Aluna terbuai di dalamnya karena kerasnya musik sampai Aluna tak sadar jika dirinya di panggil seseorang, hingga sampailah seorang gadis menarik tangan Aluna dan keluar dari gerumulan anak anak yang menonton konser, gadis itu menarik tangan Aluna menjauh dari arena. Aluna lupa kalau dirinya punya tugas yang lebih penting dari pada menonton konser cowok cowok yang tiap harinya selalu membuat berisik kelas.

“Kamu ngapain sih? Mana? Bawa enggak yang Aku suruh kemarin?” Tanya gadis yang tadi menarik tangan Aluna, sambil menengadahkan tangannya seolah meminta sesuatu pada Aluna.

“Ini!” Jawab Aluna sambil menyerahkan gulungan kertas yang dari tadi di bawanya.

Gadis itu pun membuka gulungan kertas yang di berikan Aluna padanya, nampaknya gadis itu puas dengan hasil kerja Aluna.

“Oh, ya Ran, yang lain udah Pada datang kan?” Tanya Aluna pada gadis yang ternyata mempunyai nama Rani.

“Sudah dari tadi Luna, Cuma tinggal kamu doang.”

“He..he..he.. maaf ya, soalnya tadi hampir lupa jadi balik lagi ke rumah.”

“Hah apa? Maksudnya tadi Kamu sudah sampai ke sekolah lalu balik lagi ke rumah?”

“Cuma baru sampai di gang rumah, Rani…! tapi sekarang sudah aman kan.”

“Ya udah yuk, kasihan yang lain sudah nungguin.”

Merekapun segera melangkah menuju ke tempat di mana teman temannya menunggu yang jelas bukan di kelas. Aluna dan Rani beserta ketiga temannya yang lain membuat organisasi sekolah yang fokus pada Mading sekolah, mereka mempunyai rencana untuk menghidupkan kembali Mading sekolah yang sudah hampir dua tahun tak beroperasi.

Saat melewati koridor sekolah Rani dan Aluna bertemu dengan tiga gadis yang berasal dari kelas lain, mereka nampak tidak suka dengan Rani dan Aluna.

“Jadi ini saingan baru kamu Gendis.” Sindir gadis yang bernama Yuli. (Arinal Haqiqoh)

Pos terkait