Senandung Asmara; Jurnal Kehidupan Seorang Imajinator (part 2)

Senandung Asmara; Jurnal Kehidupan Seorang Imajinator (part 2)
Lembaran itu berisi tentang rencana atau hal apa saja yang harus di muat di Mading sekolah selain pengumuman yang bersangkutan dengan sekolahan dan juga mengenai beragam lomba yang harus di adakan saat MPLS.

jagatkitasama.com – Gendis adalah salah satu dari ke tiga cewek yang berdiri di hadapan Aluna dan Rani, dia adalah wakil ketua OSIS Ayahnya kepala sekolah SMA ini, sementara kakeknya adalah pemilik sekolah SMA ini wajar saja jika banyak keluarganya yang menjadi guru di sini. Meski begitu tak membuat Gendis berkuasa di sekolah ini, Ia juga akan tetap mendapat hukuman jika melanggar peraturan.

“Maksud kamu apa?” Tanya Aluna tak mengerti maksud dari perkataan Yuli, yang jelas sindiran itu tak mengarah padanya tapi menunjuk pada sahabatnya Rani.

Bacaan Lainnya

“Jangan pura pura tidak tahu ya, Lagian hari gini kalau mau tahu info tinggal scroll time line, lihat tik tok, Fb, Ig, atau media sosial lain, ngapain mesti lihat Mading? Toh sekolah juga sudah buat grup chat tinggal kirim di situ beres kan.” Celoteh Anita, gadis yang bermodal cantik tapi tak satu cowok pun tertarik padanya. Sebenarnya yang jadi masalah bukan soal Mading tapi tentang hubungan Rani dan Marvel, semua seisi sekolah tahu kalau Gendis putus dengan Marvel penyebabnya adalah Rani, walau sebenarnya Marvel tak pernah suka sama Gendis, Gendisnya saja yang sok dekat dekati Marvel.

“Terserah kalian ngomong apa, lagian Mading sekolah juga penting untuk menarik baca siswa dari pada media sosial.” Rani menjelaskan dengan nada sabar dan berusaha supaya teman di sampingnya juga tidak terpancing emosi. Mereka pun segera pergi dari hadapan gadis gadis yang menghadangnya, namun baru juga selangkah kaki mereka menginjak lantai, suara seorang Gendis yang dari tadi diam saja menghentikan langkah mereka.

“Kalau tidak mau bersaing ngapain mesti tanding.” Celetuk Gendis dengan gaya centilnya yang sudah membuat hati Rani benar benar tertusuk.

“Hei, kamu jangan asal ngomong ya?”

Jari telunjuk Aluna tepat menodong ke arah mata Gendis, kalau tidak di singkirkan sama Rani mungkin sudah kecolok itu mata.

“Sudah Luna, kita hanya membuang buang waktu untuk meladeni mereka, kita punya hal lebih penting untuk kita urusi dari pada berdebat dengan hal yang tidak jelas.”

“Jadi kamu merasa kalau Aku kurang jelas ngomongnya? Apa perlu Aku perjelas lagi, kalau sebenarnya kamu ngadain rencana itu hanya untuk dapat perhatian dari Marvel kan?”

“Ini sama sekali tidak ada hubunganya dengan dia.”

“Oh ya! Lalu apa? Jangan sok kecentilan deh!”

“Maaf, Aku lagi tidak ingin berdebat.”

Rani membalikkan badannya di ikuti Aluna mereka melanjutkan langkahnya yang tertunda, mata Gendis mengeluarkan amarahnya mulutnya benar benar berbusa. Tangannya mengepal seakan hendak meninju apa aja yang mengganggunya, kedua gadis yang menemaninya dengan sigap menggenggam erat kedua lengan Gendis sebelum Gendis kebablasan.

“Sialan, berani berani nya dia.”

“Sudahlah Gendis, biarkan saja.” Yuli menenangkan

“Ini tidak bisa di biarkan, apa dia lupa siapa Aku sebenarnya? Gadis seperti itu harus di kasih pelajaran!”

Gendis memandangi bagaimana Rani melangkah dengan anggunnya, mata Gendis berlumuran dendam seakan masih ada waktu untuk meluapkan dendam itu. Sementara di lapangan sekolah band Cobra masih melanjutkan konsernya dan entah sudah berapa lagu di nyanyikan, panasnya cuaca tak membuat penonton merasa bosan dengan tampilan band lokal anak SMA, karena memang mereka lah satu satunya band di SMA ini.

Rani dan Aluna memasuki sebuah ruangan kelas yang sudah tidak di fungsikan lagi, di dalam ada tiga temannya yang sudah menunggu Mawar, Sherly dan Cindy.

“Kalian kok lama banget sih?” Tanya Cindy

“Tadi udah jalan ke sini tapi di hadang sama preman sekolah.” Aluna memberi jawaban, Rani hanya membisu dia memang tipe orang yang tidak mau mengungkit sebuah masalah.

“Preman sekolah? Emang ada?” Mawar mulai penasaran

“Sudah Luna gak usah di bahas, Kita mulai saja rencana kita.” Kata Rani, lalu membuka gulungan kertas yang di berikan Luna tadi dan meletakkannya di atas meja.

Lembaran itu berisi tentang rencana atau hal apa saja yang harus di muat di Mading sekolah selain pengumuman yang bersangkutan dengan sekolahan dan juga mengenai beragam lomba yang harus di adakan saat MPLS.

“Lomba menulis puisi, menulis cerpen, baca puisi, lomba menggambar!” Sherly membaca satu per satu suku kata yang tertuang di kertas HVS yang berukuran F4 itu.

“Kayaknya ada yang kurang enggak sih?”

“Apanya yang kurang Cindy?” Luna menanyakan maksud perkataan Cindy.

“Gimana kalau kita tambah lagi dengan lomba menyanyi atau band?”

“Kalau menyanyi solo sih boleh juga, tapi kalau band.. kayaknya susah.”

“Kenapa kamu berpikir seperti itu Luna?” Tanya Sherly

“Lihat aja, sejak berdirinya band Cobra disini sampai sekarang tidak ada yang mengisi ruangan musik selain mereka.”

“Untuk itu Luna, kenapa lomba band ini harus kita adakan, biar gak melulu mereka yang tampil dan setidaknya sekolah kita ada  Band yang bisa mengganti kan kalau mereka lulus suatu saat nanti.”

Yang lain mengangguk anggukan kepala setuju dengan ide yang muncul dari otak Cindy.

“Baiklah kalau begitu, Luna tolong ini di perbaiki lagi ya.” Rani menyerahkan kertas yang sudah tergulungan rapi, kembali pada Aluna untuk di perbaiki.

“Oke siap!” Kata Aluna mengakhiri rapat untuk hari ini, berakhirnya pembicaraan mereka berakhir juga pertunjukan band Cobra di luar sana yang di tutup dengan lagu milik band Dewa19 Mistikus Cinta. Entah mengapa mereka suka membawakan lagu dari band band lama saat perform. (Arinal Haqiqoh)

Pos terkait