jagatkitasama.com – Aluna terlihat berlari lari dari awal masuk gerbang sekolah sampai ke lapangan dilanjut ke koridor koridor sekolah sambil membawa gulungan kertas yang sudah di perbaiki kemarin, karena ruang kelasnya ada di lantai dua Aluna juga harus menaiki beberapa anak tangga untuk bisa sampai meski sesekali Aluna terlihat memperbaiki tali tas punggungnya yang melorot. Dia tak mau telat untuk hari ini, namun sebelum dia sampai di ruang kelasnya tiga gadis yang sama yang menghadangnya kemarin dengan Rani mendadak berdiri di hadapannya hingga membuat Aluna terjatuh.
“Ngapain sih lari lari? Jadi jatuh kan!” Olok Gendis, nampaknya dia masih menyimpan dendam atas kejadian kemarin atau memang dia tak pernah suka dengan teman teman Rani.
“Kalau kamu gak mendadak ada, Aku juga gak bakalan jatuh.” Kata Aluna sambil berdiri memperbaiki posisinya.
“Apa ini?” Gendis mencoba merebut gulungan kertas yang di pegang Aluna, tapi Aluna lebih cepat menangkisnya hingga Gendis tak bisa meraihnya.
“Tidak ada urusannya denganmu.” Aluna mencoba menghindar tapi Yuli dan Anita menutup jalannya.
“Ooo.. masih belum menyerah juga? Kamu tahu kan siapa Aku?”
“Semua anak yang sekolah disini juga tahu siapa Kamu, wakil ketua OSIS, anak kepala sekolah, dan cucu dari pemilik sekolah, apa masih ada yang kurang?”
“Jangan lupa, dia juga cewek paling pintar dan paling cantik di SMA ini.” Jawab Yuli
“Paling cantik ya?” Aluna terkekeh. “Tapi kok, enggak ada satu cowok pun yang naksir ya.” Lanjut Aluna mengejek, walau sebenarnya banyak cowok yang diam diam naksir dia, tapi Gendisnya sendiri yang sok jual mahal.
Darah tinggi Gendis mulai naik, Ia menarik kerah serangam Aluna hingga sampai ke dagu yang membuat Aluna mendongak ke atas.
“Ngomong apa Kamu? Berani ya!”
“Ada apa ini?” Tanya Marvel yang entah dari mana datangnya tiba tiba muncul dari belakang Gendis.
Semua terkejut dengan kehadiran Marvel, Gendis melepas tangannya, Marvel melangkah mendekat, Aluna memperbaiki kerah seragamnya.
“Ada apa sih?” Tanya Marvel lagi, semua terdiam.
“Maaf, kayaknya Aku harus pergi deh.” Kata Aluna sambil berlalu meninggalkan Marvel dan Gendis. Marvel menatap mata Gendis begitu juga sebaliknya, sejak putus mereka memang jarang ngomong walau pun sekarang mereka jadi ketua dan wakil OSIS, Marvel hanya ngomong jika memang masih ada hubungannya dengan organisasi OSIS itupun sepatah dua kata, tapi lain dengan Gendis yang masih ingin berbicara lama dengan Marvel.
Aluna mengelus dadanya merasa lega saat Ia mendengar keberisingan di kelasnya, itu tandanya dia tidak telat dan belum ada guru yang memasuki kelasnya. Aluna memasuki kelasnya terlihat para personil band Cobra minus Marvel sedang beraksi dengan lagu kebanggaannya JAP milik Sheilla on7. Aluna melangkah menuju bangku Rani dan memberikan gulungan kertas yang dibawanya.
“Kenapa baru datang? Ketinggalan lagi ini nya?” Tanya Rani sambil mengambil gulungan kertas yang di berikan Luna.
“Tadi Aku sudah lari lari lho, tapi tiba tiba ada preman sekolah menghadang.”
“Mau apa lagi sih mereka?”
“ Awalnya tadi mau ambil ini kertas, karena enggak dapat jadi ngamuk deh, untung saja Marvel datang.”
“Marvel?”
“Iya, nah itu dia anaknya.” Kata Aluna menunjuk ke arah Marvel yang baru saja memasuki ruang kelas.
“Tadi kamu diapain sama Gendis?” Tanya Marvel mendekati Aluna.
“Tidak ada apa apa, Lunanya saja tadi yang kurang hati hati.” Jawab Rani.
Aluna menatap wajah Rani ada isyarat disana dengan kedipan mata tiga kali atau lebih ke peringatan supaya Aluna tidak mengaduh pada Marvel tentang yang terjadi sebenarnya. Aluna hanya mengangguk angguk mendapatkan peringatan itu Ia pun kembali dan menuju bangkunya.
“Nanti ada waktu enggak, jalan yuk!” Ajak Marvel, Rani hanya tersenyum, sudah hampir sebulan mereka tidak jalan jalan bareng.
“Maaf Vel, gak bisa kapan kapan ya.” Tolak Rani, Marvel hanya menganggukkan kepalanya.
Bel tanda istirahat berbunyi Rani dan teman temannya melangkah menuju kantin sekolah.
“Nanti pulang sekolah kita kumpul di ruangan biasanya ya!” Ajak Rani membuka pembicaraan saat sampai di kantin dan menunggu pesanan datang.
“Ngapain?” Tanya Cindy
“Ya, bahas rencana kita yang kemarin dong!” Jawab Aluna mewakili Rani.
“Ngomong ngomong soal rencana kita, butuh banget gak sih persetujuan dia?” Tanya Mawar, semua terheran dengan perkataan Mawar.
“Maksud kamu siapa?” Tanya Aluna tak mengerti maksud arah pembicaraan Mawar. Mawar memoncongkan mulutnya menunjuk ke arah seseorang yang duduk di seberang dengan teman temannya, siapa lagi kalau bukan Marvel.
“Kenapa mesti minta persetujuan dia?” Rani seolah tak mau melibatkan Marvel.
“Ya, setidaknya kan harus ada persetujuan ketua OSIS dan tanda tangannya juga kan?”
“Enggak perlu, kepala sekolah aja cukup.”
“Yang penting tanda tangan ketua madingnya ada.”
“Emang siapa ketua madingnya?” Tanya Rani pada Aluna
“Ya Kamu lah, siapa lagi?”
“Sejak kapan Aku di angkat jadi ketua Mading?”
“Sejak organisasi ini di bentuk.”
Semua tertawa mendengar jawaban Aluna, Rani terlihat pasrah melihat tingkah teman temannya.
“Tapi emang benar sih Ran kata Luna, kamu paling pas jadi ketua Mading dari pada kita kita.” Mawar membenarkan sekaligus setuju dengan kata Aluna.
“Betul itu.” Tambah Cindy.
“Kalian lupa ya, kalau ada yang lebih pantas daripada Aku?”
“Siapa?” Tanya Mawar penasaran
“Iya Ran, siapa?” Cindy juga ikut ikutan penasaran, Aluna mengangguk angguk kan kepala penasaran dengan jawaban Rani.
“Sherly, dimana dia sekarang kok enggak ikut kumpul?”
Mawar menghela nafas diikuti Aluna dan Cindy, mereka tidak menyangka jawaban yang barusan di lontarkan Rani, mungkin mereka berharap kalau salah satu dari mereka yang akan di pilih Rani.
“Entahlah, tadi kan pamit ke toilet dulu sebelum kesini, kok lama banget ya!” “Ya udah lah, kita tunggu aja.” (Arinal Haqiqoh)